BIRO JATENG patroli88investigasi.com Mengabarkan
Pemerintah Kabupaten Banyumas terus menggencarkan upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih menjadi tantangan serius di bidang kesehatan. Sejumlah kebijakan dan program dirancang Pemkab sebagai upaya menekan angka kasus tersebut
Kepala Dinas Kesehatan Widyana Grehastuti dalam sarasehan bersama Bupati yang digelar pada Jum’at (25/7/25) di Ruang Joko Kaiman, mengungkapkan berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan, tercatat sebanyak 9.197 ibu hamil pada semester 1 (Januari-Juni) dengan 2.790 (30,33%) ibu dengan resiko tinggi dan 9 kasus kematian ibu
‘’Untuk kasus kematian, 8 diantaranya terjadi saat masa nifas dan 1 saat bersalin, dengan rentang usia 20-35 tahun sebanyak 5 orang, lebih dari 35 tahun sebanyak 3 orang dan kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang’’ ungkapnya
Dugaan penyebab kematian ibu sendiri 5 diantaranya disebabkan karena penyebab langsung dengan 3 kasus pendarahan postpartum, 2 kasus pre eklampsia/eklampsia, sedangkan 4 lainnya dikarenakan penyebab tidak langsung, seperti 1 kasus CKD, 1 kasus emboli air ketuban, 1 kasus syok septic dan 1 kasus thyroid storm
‘’Tentunya hal ini menjadi keprihatian dan masalah serius, oleh karenanya Dinas Kesehatan memiliki beberapa rencana tindak berdasarkan rekomendasi Audit Maternal Perinatal Surveilans Respon (AMPSR) kasus kematian Ibu Kabupaten Banyumas semester 1 tahun 2025,’’ jelasnya
6 program diantaranya yakni :
1. Review pedoman update eradikasi preeklampsia, emboli air ketuban dan induksi persalinan
2. Monitoring dan evalusia KIA di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
3. Melaksanakan skrining layak hamil bagi catin dan wanita usia subur pada level masyarakat, puskesmas dan RS
4. Melaksanakan intervensi kehamilan remaja
5. Standarisasi keterampilan tim emergency di RS
6. Usulan penganggaran kegiatan konvergensi AKI AKB/Kespro dengan pendekatan perencanaan dan pengangaran terintergal kesehatan reproduksi
Sementara untuk data kesehatan anak per semester 1 yakni sebanyak 8.567 jumlah kelahiran hidup dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 745 (8,69%) dan bayi dengan panjang badan (PB) <48cm sebanyak 1.840 (21,47%)
‘’Untuk angka kematian bayi sebanyak 114 kasus di semester 1 ini dan paling tinggi ada di bulan April dengan 33 kasus dengan kasus terbanyak disebabkan karena infeksi,respiratory dan BBLR,’’ucapnya
Lebih lanjut, Widyana juga menjelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan, beberapa diantaranya yakni, melaksanakan pelatihan/refresh penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi serta resusitasi neonatus untuk tenaga kesehatan, melaksanakn drill emergency berkala pada tim resusitasi neonatus pada masing-masin fasyankes, melaksanakan edukasi mengenai pneumonia kepada masyarakat, pengadaan T-Piece resuscitator dan memperkuat rujukan sistem kegawatdaruratan neonatal
Menanggapi hal tersebut, Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengungkapkan pihaknya juga berupaya untuk menyediakan ruang rawat inap pada setiap puskesmas untuk penanganan cepat dan optimal kepada masyarakat masyarakat
‘’Untuk anak usia dini, ini juga perlu mendapat perhatian khusus, untuk menghindari kasus-kasus yang tidak diinginkan,Saya minta data kehamilan anak-anak usia dini di setiap kecamatan,’’ lanjutnya
Pada kesempatan tersebut ia juga langsung berkolaborasi dengan Kemenag untuk pelaksanaan program yang mampu menekan angka AKI dan AKB di Banyumas dan Dindik Banyumas untuk kurikulum pendidikan di Banyumas
Kepala Kemenag Banyumas Ibnu Asadudin mengungkapkan pihaknya siap mendukung program pemerintah daerah dalam upaya penuruan AKI dan AKB melalui beberapa program untuk mewujudkan Banyumas yang produktif, adil dan sejahtera (Banyumas PAS)
‘’Kami sudah siapakan sosialisasi dan bimbingan catin bimbingan remaja usia nikah dan kami juga sudah siapkan sekitar 500 penyuluh yang nantinya akan bekerjasama dengan dinas kesehatan dan tersebar di seluruh desa,’’ ucapnya
(Kontributor Ni Pembayun)